Sejarah Bedah Plastik di Dunia
Kata plastik berasal dari bahasa yunani “Plasticos” yang artinya “to mold” atau “membentuk”. Jadi bedah plastik merupakan ranah disiplin kedokteran bedah yang memanfaatkan potensi sifat-sifat fleksibiitas jaringan (1) untuk tujuan memperbaiki kecacatan fisik dan fungsi anggota tubuh (rekonstruksi), (2) dan untuk tujuan menyempurnakan bentuk anggota tubuh yang secara fisik normal dan sehat menjadi lebih indah (estetik).
Bedah plastik sudah dikenal sejak ±800 SM di India yang telah mulai merekonstruksi hidung dan telinga yang rusak. Metode itu dibuat oleh seorang ahli bedah, yang dikenal sebagai bapak operasi bedah India, Sushruta. Dia memakai cheek tisue untuk “menambal” nasal tips dan daun telinga.
Selain itu di Persia, seorang dokter terkenal bernama Rhazes memperkenalkan pemakaian usus hewan untuk ligatures pada ±900M. Tetapi sebenarnya ha itu sudah pernah dipakai sebelumnya oleh bangsa Roma bernama Celcus, bukan dokter, yang berbicara tentang rekonstruksi di 8 buku tulisannya.
Karya-karya medis Sushruta dalam bahasa Sansekerta banyak diterjemahkan dalam bahasa Arab yang akhirnya menyebar ke Eropa melalui pedagang-pedagang Arab. Pada abad ke-15 di Eropa, seorang bangsa Italia bernama Tagliacozzi dari Bologna, memakai flab dari lengan untuk merekonstruksi hidung dan ditulis pada text book pertamanya “De Curtorum Chirurgia” pada tahun 1597. Dia disebut sebagai bapak bedah rekonstruksi modern. Tagliacozzi ditentang oleh greja dan dihukum karena dianggap mencampuri takdir Tuhan.
Pada tahun 1668 Van Meekren merekonstruksi defek tengkorak seorang tentara dengan tengkorak anjing. Tokoh bedah plastik yunani Von Graeve menulis Rhinoplastik pada tahun 1818. Dan Zeis menerbitkan “Handbuch der Plastichen Chirurgia” pada tahun 1838.
Dengan berkembangnya ilmu anestesi pada abad 19-20, maka berkembang pula ilmu bedah plastik, karena dapat melakukan operasi tanpa menimbulkan rasa sakit yang hebat.Ilmu bedah plastik masih terus berkembang sampai saat ini.
Sejarah Bedah Plastik di Indonesia
Bedah plastik di Indonesia diprakarsai oleh Profesor Moenadjat Wiratmadja. Setelah lulus sebagai dokter spesialis bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1958, beliau melanjutkan studinya sebagai dokter bedah plastik di Woshington University di Amerika Serikat sampai tahun 1959. Setelah kembali ke Indonesia, beliau mulai mendedikasikan pengetahuaanya untuk pelayanan bedah plastik dan pendidikan bagi mahasiswa kedoktean dan peserta pelatihan bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RS Cipto Mangunkusumo. Beliau dinobatkan sebagai profesor pada tahun 1979 dan meninggal pada tahun 1980.
Sejarah Bedah Plastik di Surabaya
Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., Sp.BP(K) adalah perintis yang membangun dan mengembangkan Bedah Plastik ini di Surabaya dan Indonesia. Pada tahun 1970 bedah plastik belum begitudikenal di Surabaya, belum ada sub spesialisnya, dan belum jelas bidang pelayanannya. Kasus bibir sumbing dilempar-lempar karena belum ada petunjuk yang jelas tentang teknik operasinya, operasi palatum angka kematiannya tinggi mencapai 50%, dan kasus luka bakar terbengkalai.
Tahun 1975 Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) berangkat ke Groningen Belanda belajar di Prof. Huffstadt. Disamping belajar di Groningen beliau juga mengikuti beberapa kursus microsurgery, kongres dan kursus internasional di Glasgow Scotland. Setelah Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) kembali mulailah merintis dan mengembangkan Bedah Plastik di Surabaya baik untuk dikenal dalam dunia pendidikan di Surabaya maupun kepada masyarakat awam.
Tahun 1980-an terbentuk seksi-seksi bedah. Plastik termasuk salah satu di dalamnya disamping orthopedi dan urologi yang merupakan cikal bakal spesialis baru di Indonesia yang ada di Surabaya.
Pada tahun 1980 terbentuk PERAPI (Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia), lalu dibuat juga katalog studi yang memuat kurikulum pendidikan. Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) menjadi ketua PERAPI selama periode (1986 – 1998).
Di bawah kepemimpinan beliau, tahun 1990 Program Studi Bedah Plastik disahkan Dirjen Dikti dan mulailah pendidikan spesialis dengan hanya satu tempat pendidikan di Jakarta, dan PERAPI diakui sebagai organisasi Spesialis oleh IDI dalam kongresnya di Yogyakarta, berdampingan dengan organisasi spesialis kedokteran lainnya. Pada tahun 1998, sentrum pendidikan Bedah Plastik kedua di Indonesia di Surabaya disahkan.